TUGAS SOSIOLOGI
KETERLAMBATAN SISWA PADA HARI SENIN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK :
Nama : 1. Clara Klaudia
2. Ira Agustin
3. Kori Parijah
4. Waras Sari Daulay
5. Iis Sarpani
Kelas : XII IPS-4
SMA NEGERI 1
BATANG KUIS
T.A
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penelitian sosial ini yang berjudul “MAKALAH
SOSIOLOGI KETERLAMBATAN SISWA PADA HARI SENIN” dengan baik sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Penelitian
sosial ini juga merupakan salah satu kelengkapan tugas siswa-siswi kelas XII
IPS-4 SMA Negeri 1 Batang Kuis sebagai syarat kelulusan pada tahun ajaran
2017/2018.
Dalam
kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang memberikan dukungan dan bantuan secara moral maupun material
dalam proses penyelesaian penelitian sosial ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Walaupun penelitian ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritik yang membangun.
Terima
kasih,
Batang Kuis, 21 November 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat penelitian ...................................................................................................... 2
1.4.1 Manfaat Bagi Siswa ................................................................................................ 2
1.4.2 Manfaat Bagi Guru.................................................................................................. 2
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti............................................................................................... 2
1.4.4 Manfaat Bagi Sekolah ............................................................................................. 2
BAB II KERANGKA TEORI .................................................................................................. 3
2.1
Tinjauan Pustaka ........................................................................................................ 3
2.2
Kerangka Teoritis ....................................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI .......................................................................................................... 9
3.1
Pendekatan Penelitian ................................................................................................ 9
3.2
Jenis Penelitian ........................................................................................................... 9
3.3
Tempat dan Waktu Pelaksana .................................................................................... 9
3.4
Populasi dan Sampel .................................................................................................. 9
3.4.1 Populasi ....................................................................................................... 9
3.4.2 Sampel ...................................................................................................... 10
3.5
Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................... 10
3.6
Teknik Analisa Data ................................................................................................ 11
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................................... 12
4.1 Faktor penyebab keterlambatan siswa ...................................................................... 12
4.2 Sanksi yang diterima oleh siswa yang
terlambat ...................................................... 12
4.3
Solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat .......................................................... 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................. 14
5.1
Kesimpulan ............................................................................................................... 14
5.2
Saran ......................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Berbicara tentang sistem pendidikan dengan berbagai lembaga
yang menyertainya ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya.
Asumsi ini tidaklah berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di dalamnya
serta banyak pula persoalan fundamental melingkupinya yang nota bene
membutuhkan upaya-upaya untuk memecahkan permasalahan pendidikan tersebut.
Anak usia sekolah atau siswa mempunyai peran yang penting
dalam pembangunan bangsa dan negara, karena mereka merupakan generasi penerus
yang diharapkan dapat membangun dan menghasilkan karya-karya yang berguna bagi
negara. Di tangan siswa inilah bagaimana perkembangan suatu negara ditentukan.
Anak-anak yang terdidik, berdisiplin,dan berkualitas secara intelektual, mental
dan spiritual akan mampu berkompeten dalam menjalankan roda kehidupan berbangsa
dan bernegara, sehingga kelangsungan dan martabat bangsa dapat terjamin.
Kedisiplinan pada anak usia sekolah atau siswa sangat
penting diperhatikan, adanya peraturan-peraturan yang jelas dan terarah sangat
mempengaruhi anak pada masa dewasanya nanti. Kedisiplinan pada siswa harus
dilakukan, salah satunya adalah kedisiplinan harus masuk akal dan adanya
konsekuensi jika kedisiplinan dilanggar.
Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah
tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan
sekolah. Setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolah. Ketika kedisiplinan dirasa sangat penting
bagi siswa SMA Negeri 1 Batang Kuis, maka pihak sekolah pertama kali perlu
menertibkan siswa yang terlambat sekolah. Untuk itu, kedisiplinan adalah hal
yang penting dan merupakan ciri kepribadian seseorang untuk meraih kesuksesan.
Perlu diketahui bahwa di SMA Negeri 1 Batang Kuis sudah mempunyai tata tertib
yang akan mendisiplinkan siswa yang terlambat. Peran guru dalam mendisiplinkan
siswa yang terlambat haruslah tegas dan mendidik, dengan begitu siswa
diharapkan tidak akan terlambat lagi datang ke sekolah.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
sering terlambat. Dalam aturan sekolah mengharuskan siswa datang sebelum jam
07.15 WIB, tetapi kenyataannya masih ada siswa yang datang lewat jam tersebut.
Banyaknya siswa yang terlambat mengakibatkan kurang lancarnya proses kegiatan
belajar mengajar pada saat jam pertama pelajaran.
Keterlambatan pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab,
berbagai macam alasan diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya
adalah siswa yang tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun
kesiangan dan sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan
siswa ketika datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Namun, apapun alasan para siswa yang datang terlambat menunjukkan tingkat
kedisiplinan yang rendah. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja sehingga
pada akhirnya akan menjadi budaya yang tidak baik pada lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu aturan yang
tegas yang disertai dengan sanksi yang dapat membuat siswa menjadi disiplin
yang nantinya akan berguna bagi ketertiban sekolah dan bagi diri siswa itu
sendiri. Adapun kebijakan yang diambil adalah dengan mengadakan suatu tindakan
disiplin untuk memperbaiki sistem atau aturan pada saat jam pelajaran dimulai.
Kebijakan ini dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan semua pihak yang
terkait yaitu siswa, guru piket, guru pelajaran jam pertama, wali kelas, guru
BP/BK dan kesiswaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terutama
bagi siswa bahwa keterlambatan dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar di sekolah. Karena penilaian
guru dalam kegiatan belajar meliputi penilaian kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul dalam penelitian ini
adalah “DAMPAK SISWA YANG TERLAMBAT
SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SMA N 1 BATANG KUIS”
1.2 Perumusan
Masalah
1.
Apakah faktor-faktor penyebab
keterlambatan siswa?
2.
Apakah sanksi yang diterima oleh siswa
yang sering terlambat?
3.
Bagaimana solusi dalam mengatasi
siswa yang terlambat?
1.3 Tujuan
Penelitian
1.
Untuk mengetahui faktor penyebab
keterlambatan siswa
2.
Untuk mengetahui sanksi yang
diterima oleh siswa yang terlambat
3.
Untuk mengetahui solusi dalam
mengatasi siswa yang terlambat
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1
Bagi Siswa
1. Siswa dapat hidup disiplin dengan
mematuhi peraturan yang ditetapkan sekolah, terutama pada saat masuk jam
pelajaran pertama.
2. Siswa dapat mengatur waktu pada
semua aktivitas yang dihadapinya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
1.4.2
Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat
pelajaran pertama tanpa terganggu adanya permasalahan siswa yang sering datang
terlambat.
1.4.3
Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan
penelitian terutama yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat
ke sekolah.
1.4.4
Bagi Sekolah
Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajarnya.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pengertian dari “siswa” adalah seorang anak yang menuntut
ilmu menurut STRUK, D.J. (1950) : Lectures on classical Differential Geomtry,
Addison – Wesley Press. Sedangkan “sekolah” adalah salah satu tempat untuk
menuntut ilmu menurut WEATHERBRU, C.E. (1971) : Differential Geometry Of Three
Dimensions, Cambridge University Press. Dan pengertian dari “terlambat” adalah
datang tidak pada waktunya, menurut WILIMORE, T.J. (1959) : An Introduction to
Differential Geometry, Oxford University Press.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara
perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk
berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolah.
Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa.
Menurut Wikipedia (1993) disiplin sekolah “Refers
to students coplying with a code of behavior often known as the school rules”.
Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan
tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku
sosial dan etika belajar.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk
memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap
aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode
pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik
(Physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis ( Phsychological
maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock
dalam bukunya “Dangerous School” (1999).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999)
mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah:
1) Memberi dukungan bagi terciptanya
perilaku yang tidak menyimpang.
2) Mendorong siswa melakukan yang baik
dan benar.
3) Membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi hal-hal yang
dilarang oleh sekolah
4) Siswa belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta bagi lingkungannya.
Sementara itu, dengan mengutip pemikiran Moles, Joan Gaustad
(1992) mengemukakan: “School discipline
has two main goals: (1) Ensure the safety of staff and students, and (2) Create
an environment conducive to learning”.
Sedangkan Wendy Schwartz (2001) menyebutkan bahwa : “The goals of discipline, once the need for
it is determined, should be to help students accept personal responsibility for
their actions, understand why a behavior change is necessary, and commit
themselves to change”. Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia (1993) bahwa
tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan
belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak
mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang
termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang
kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Keith Devis mengatakan, “Discipline is management action to enforce
organization standarts”. Dan oleh karena itu perlu dikembangkan disiplin
preventif dan disiplin korektif. Disiplin preventif adalah upaya menggerakkan
siswa mengikuti dan mematuhi peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin
korektif adalah upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi
yang melanggar diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya
sehingga memelihara dan mengikuti aturan yang ada. Karena pada hakikatnya tata
tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur
(Arikunto, 1990:123-124) yaitu:
1. Perbuatan atau tingkah laku yang
diharuskan dan yang dilarang.
2. Akibat atau sanksi yang menjadi
tanggungjawab pelaku atau pelanggar peraturan.
3. Cara atau prosedur untuk
menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan keterlambatan siswa, seorang
guru hendaknya mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin
diri.
Dalam
kaitan ini guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya,
setiap siswa berasal dari berbagai latar belakang, karakteristik yang berbeda
dan kemampuan yang berbeda pula. Dalam hal ini guru harus dapat melayani
berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan
mengembangkan dirinya secara optimal.
2. Membantu siswa meningkatkan standar
perilakunya.
3. Menggunakan pelaksanaan aturan
sebagai alat; peraturan-peraturan atau tata tertib sekolah harus dijunjung
tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin,
diantaranya siswa datang terlambat ke sekolah.
2.2 Kerangka
Teoritis
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama
penyimpangan sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang
berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku menyimpang
diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap
lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam
masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat
kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa yang
terlambat datang ke sekolah, seorang siswa yang menyontek pada saat ulangan,
berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai
masyarakat disebut deviasi (deviation),
sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku
menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan
konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
Definisi perilaku menyimpang menurut para ahli:
§ James Vander Zenden
Penyimpangan
sosial adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan di luar batas toleransi.
§ Robert M.Z. Lawang
Penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu
untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang itu.
§ Bruce J. Cohen
Perilaku
menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
§ Paul B. Horton
Penyimpangan
adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
§ Lewis Coser
Mengemukakan
bahwa perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan
kebudayaan dengan perubahan sosial.
Ada 2 proses pembentukan perilaku menyimpang, yaitu:
1. Penyimpangan sebagai hasil
sosialisasi dari nilai-nilai subkebudayaan menyimpang
2. Penyimpangan dari sosialisasi yang
tidak sempurna.
Menurut Wilnes dalam bukunya “Punishment and Reformation”,
sebab-sebab penyimpangan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor subjektif adalah faktor yang
berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2) Faktor objektif adalah faktor yang
berasal dari luar (lingkungan).
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:
1. Penyimpangan primer dan sekunder
·
Penyimpangan sosial primer
Penyimpangan sosial primer adalah penyimpangan yang bersifat
sementara (temporer). Orang yang melakukan penyimpangan primer masih tetap
dapat diterima oleh kelompok sosialnya karena tidak secara terus-menerus
melanggar norma-norma umum.
·
Penyimpangan sosial sekunder
Penyimpangan sosial sekunder adalah penyimpangan sosial yang
dilakukan secara terus-menerus meskipun sanksi telah diberikan kepadanya
sehingga para pelakunya secara umum dikenal sebagai orang yang berperilaku
menyimpang. Misalnya, seorang siswa yang terus-menerus datang terlambat ke
sekolah atau seorang siswa SMA yang terus menerus menyontek pekerjaan temannya
di kelas. Seseorang yang telah dikategorikan berperilaku menyimpang sekunder
tidak diinginkan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat (dibenci).
2. Perilaku menyimpang menurut
pelakunya
·
Penyimpangan individual
Penyimpangan individual biasanya dilakukan oleh orang yang
telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai penyakit mental sehingga tak
dapat mengendalikan dirinya.
Penyimpangan
perilaku yang bersifat individual sesuai dengan kadar panyimpangannya adalah
sebagai berikut:
-
Pembandel, yaitu penyimpangan karena
tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
- Pembangkang, yaitu penyimpangan
karena tidak taat pada peringatan pada orang-orang.
- Pelanggar, yaitu penyimpangan karena
melanggar norma-norma umum yang berlaku.
-
Perusuh atau penjahat, yaitu
penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian
harta benda atau jiwa di lingkungannya.
- Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji,
berkata bohong, berkhianat kepercayaan dan berlagak membela.
·
Penyimpangan kelompok
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang
tunduk pada norma kelompok, namun bertentangan dengan norma masyarakat yang
berlaku.
Menurut
Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki enam ciri sebagai berikut:
1) Penyimpangan harus dapat
didefinisikan.
2) Penyimpangan bisa diterima bisa juga
ditolak.
3) Penyimpangan relatif dan
penyimpangan mutlak.
4) Penyimpangan terhadap budaya nyata
ataukah budaya ideal.
5) Terdapat norma-norma penghindaran
dalam penyimpangan.
6) Penyimpangan bersifat adaptif
(menyesuaikan).
Penyimpangan
mempunyai dua sifat, yaitu:
1. Penyimpangan yang bersifat positif.
Penyimpangan
yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan
aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku, tetapi mempunyai dampak positif
terhadap sistem sosial.
2. Penyimpangan yang bersifat negatif.
Dalam
penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial
yang dipandang rendah dan berakibat buruk, yang dapat mengganggu sistem sosial
itu.
Teori-teori
penyimpangan sosial:
a) Teori Differential Association
(kelompok yang berbeda)
Edward
H. Sutherland memandang bahwa perilaku menyimpang bersumber dari pergaulan yang
berbeda, artinya seorang individu mempelajari perilaku menyimpang dari
interaksinya dengan seorang individu yang berbeda latar belakang asal, kelompok
dan budaya.
b) Teori Labelling
Dikemukakan
oleh Edwin M. Lemert, menurut teori ini seseorang menjadi menyimpang karena
proses labelling berupa julukan, cap atau etiket yang ditujukan pada seseorang
oleh masyarakat. Mula-mula sifat penyimpangan primer, tetapi adanya julukan
membuat pelaku mengidentifikasi dirinya sesuai dengan julukan tersebut.
Teori
psikologi dari Sigmud Freud, perilaku menyimpang terjadi karena id tidak bisa
dikendalikan oleh ego yang seharusnya dominan maupun superego yang tidak aktif.
Id adalah bagian diri yang tidak sadar atau naluri, ego adalah bagian diri yang
bersifat sadar dan rasional. Superego adalah bagian diri yang telah menyerap
nilai-nilai dan norma dan berfungsi
sebagai suara hati.
c) Teori K. Merton
Perilaku
menyimpang timbul karena anomi yaitu adanya ketidakharmonisan antara tujuan
budaya dengan cara-cara yang dipakai untuk mencapai tujuan budaya tersebut.
Menurut K. Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya dari cara yang wajar
sampai dengan yang menyimpang, yaitu:
1) Konformitas
2) Inovasi
3) Ritualisme
4) Retrealisme (pengunduran diri)
5) Rebellion (pemberontakan)
d) Teori Fungsi
Dikemukakan
oleh Emile Durkheim, yang menyatakan bahwa tercapainya kesadaran moral dari
semua anggota masyarakat karena faktor keturunan, perbedaan lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Artinya kejahatan itu selalu ada, sebab orang yang
berwatak jahat pun akan selalu ada. Bahkan Durkheim berpandangan bahwa
kejahatan itu perlu agar moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
Dalam perspektif sosiologi, kajian perilaku menyimpang
dipelajari karena berkaitan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan
nilai-nilai kultural yang telah ditegakkan oleh masyarakat. Selain itu,
sosiologi membantu masyarakat untuk dapat menggali akar-akar penyebab
terjadinya tindakan penyimpangan dan upaya untuk menghentikan atau paling tidak
menahan bertambahnya penyimpangan perilaku tersebut.
BAB III
METODOLOGI
3.1.Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan
studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bog dan dan Taylor (Moleong,
2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada
kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori
dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi
obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada
makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum
jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi
sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan
meneliti sejarah perkembangan.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dapat
diartikan sebagai prosedur penulisan yag menghasilkan data data deskriptif
kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku orang-orang yang diamati. Sedangkan
penulisan penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran suatu
keadaan tertentu secara rinci disertai dengan bukti.
3.3.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Batang Kuis.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi
populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat.
Variabel penelitian adalah objek penelitian. Sementara itu Sukardi (2010:53)
menyatakan populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa,
atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo
dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang
memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.
Jadi dapat disimpulkan populasi adalah sekelompok manusia,
binatang, benda atau keadaan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti
sebagai subjek penelitian dan menjadi target kesimpulan dari hasil suatu
penelitian.
3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari pupulasi yang diteliti
(Arikunto, 2006:131). Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu
sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Jadi sampel
adalah contoh yang diambil dari sebagain populasi penelitian yang dapat
mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil
penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan
penelitian digeneralisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud
menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel sebagai
sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Dalam penelitian ini subjek penelitian berupa sampel yaitu
siswa kelas X dan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Batang Kuis yang sering datang
terlambat ke sekolah.
3.5 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah dengan metode wawancara.
Budiyono (2003:52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut pula interview) adalah cara
pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan
subjek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancara
menggunakan percakapan hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan
pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai
sesuatu.
Dalam jurnal oleh Koichu dan Harel
(2007) dikemukakan bahwa: “A clinical task-based interview can be seen as a
situation where the interview-interviewee interaction on a task is regulated by
a system of explicit and implicit norms, values, and rules”. Dalam jurnal lain,
Hurst (2007 : 274) mengungkapkan bahwa: “Interview were chosen as the main data
gathering strategy for the original project because it was felt that
potentially ‘data rich’ environment this afforded would provide the best
context for assesistry and probing for presence of three models of thinking
(mathematical knowledge, contextual knowledge and strategic knowledge) both
before and following the intevention phase of project”.
Dari pengertian wawancara yang
dikemukakan para ahli atau pakar di atas dapat dijelaskan bahwa wawancara
adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang
diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tes yang telah
diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data
primer yang terbaik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
3.6 Teknik
Analisa Data
Proses analisis data dimulai dengan menelah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan,
yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak sekali, setelah dibaca,
dipelajari, dan ditelah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan
jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,
proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di
dalamnya. Langkah selanjutnya adalah
menyusunya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah
berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir
dari analisis data ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.. setelah
selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil
sementaramenjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
Menurut Patton, 1980 (dalam
Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79) mendefinisikan
analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha
untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Dengan demikian definisi
tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di
atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud pertama- tama
mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari
catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan,
biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya.
Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan
hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan sejumlah hasil
penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batang Kuis. Pembahasan yang diteliti yaitu mengenai
“dampak siswa yang terlambat sekolah terhadap prestasi belajar di SMA Negeri 1
Batang Kuis. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan peneliti, peneliti
melakukan wawancara sebagai metode penelitian utama secara mendalam kepada
siswa-siswi di SMA Negeri 1
Batang Kuis.
Wawancara
yang dilakukan adalah wawancara tentang seputar faktor-faktor penyebab
keterlambatan siswa, sanksi yang diterima oleh siswa yang sering terlambat
serta solusi dalam mengatasi siswa yang terlambat, kemudian peneliti akan
menganalisa dan membahas data yang telah diperoleh. Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metode kualitatif. Dengan metode tersebut, peneliti
berusaha memaparkan data yang diperoleh dari hasil daftar pertanyaan
penelitian.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui proses
wawancara, maka pembahasan dari hasil penelitian sebagai berikut:
4.1. Faktor Penyebab Keterlambatan
Siswa
Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, sebagian
besar siswa SMA Negeri 1 Batang Kuis masih belum bisa beradaptasi dengan jam
masuk sekolah yang dimajukan 15 menit lebih awal menjadi pukul 7.15, dari yang
awalnya siswa-siswi masuk sekolah pukul 7.30 WIB.
Berbagai macam alasan dikemukakan oleh para siswa yang
terlambat seperti jarak dari rumah ke sekolah yang jauh, bangun kesiangan, faktor
angkutan umum, ban motor bocor, dan
berbagai macam lagi alasan yang diberikan siswa terlambat. Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh syahroni bahwa “saya datang terlambat ke sekolah karena ban
motor bocor serta belum ada bengkel yang buka pada pagi hari, makanya saya
terlambat.”
Namun ada juga beberapa alasan lain siswa yang terlambat
seperti sebelum berangkat ke sekolah para siswa bermain hp dulu serta menonton
acara tv kesukaan mereka, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Marshitoh
bahwa “Saya sebelum berangkat ke sekolah biasanya main hp, dengerin lagu atau
menonton tv”. Sedangkan menurut Nia mengatakan bahwa “saya datang terlambat
karena rumah saya jauh dari sekolah serta kadang-kadang menunggu teman untuk
pergi bareng”.
4.2. Sanksi yang Diterima Siswa
Terlambat
Dari hasil wawancara yang dilakukan, sanksi yang diterima
siswa SMA Negeri 1 Batang Kuis yang terlambat ada bermacam-macam, mulai dari
dikurung di luar pagar, mengisi buku
hukum, berdiri di lapangan voli, mencabut rumput, mengutip sampah yang ada di
pekarangan sekolah serta ada juga yang sampai di suruh pulang untuk dipanggil
orang tuanya datang ke sekolah.
4.3. Solusi mengatasi Siswa yang
Terlambat
Siswa-siswi yang datang terlambat datang ke sekolah hampir
menjadi pemandangan yang umum. Keterlambatan para siswa ini tentu saja dapat
mengganggu proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas.
Konsentrasi siswa dan guru di dalam kelas bisa saja menjadi buyar.
Untuk itu, dari
penelitian yang telah dilakukan peneliti, cara atau solusi untuk mengatasi
siswa yang terlambat ke sekolah adalah:
1.
Adanya
pemberian sanksi yang tegas dan dapat memberikan efek jera kepada siswa yang
melanggar yang diberikan oleh pihak sekolah.
2.
Adanya
peran guru yang dapat memberikan contoh kepada siswanya agar tidak datang
terlambat. Karena gimana siswanya dapat mematuhi peraturan sekolah kalau
gurunya sendiri juga tidak mengikuti peraturan yang ada.
3.
Peran
orang tua di rumah juga sangat diperlukan dalam mengatasi siswa terlambat.
Misalnya dengan mengingatkan anaknya jangan bersantai-santai di depan tv agar
tidak terlambat.
4.
Yang
paling penting dalam mengatasi siswa yang terlambat ke sekolah adalah dari
kesadaran siswa itu sendiri untuk terbiasa mendisiplin diri dalam memanfaatkan waktu. Karena tidak ada gunanya
pemberian sanksi yang tegas yang diberikan sekolah apabila tidak adanya
kesadaran atau keinginan dari siswa itu sendiri untuk datang ke sekolah tepat
pada waktunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa
tingkat kedisiplinan siswa SMA Negeri 1 Batang Kuis masih rendah. Hal ini
dikarenakan masih ada saja siswa yang terlambat setiap harinya. Keterlambatan
pada siswa tersebut bukan berarti tanpa sebab, berbagai macam alasan
diungkapkan para siswa yang sering terlambat, diantaranya adalah siswa yang
tinggal jauh dari sekolah, masalah transportasi, bangun kesiangan dan
sebagainya. Alasan-alasan seperti inilah yang sering dikemukakan siswa ketika
datang terlambat pada saat jam pelajaran pertama sudah dimulai.
Berbagai macam sanksi yang dibuat oleh sekolah untuk
mengatasi siswa terlambat, mulai dari sanksi yang ringan seperti mencabut
rumput, mengambil sampah yang bertebaran di pekarangan sekolah dan sebagainya
sampai kepada pemberian sanksi yang berat yaitu dipulangkan dan pemanggilan
orang tua siswa yang terlambat. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya mampu
untuk mengatasi siswa terlambat meskipun frekuensi siswa terlambat semakin
sedikit setiap hari.
Siswa yang terlambat sangat besar pengaruhnya terhadap
prestasi belajarnya karena dapat mempengaruhi konsentrasi belajar yang pada
akhirnya dapat mengganggu fikiran tentang materi yang sedang dibahas atau
diterangkan oleh Bapak atau Ibu guru terutama pada mata pelajaran jam pertama.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan
kedisiplinan siswa yang terlambat datang ke sekolah, ada beberapa upaya yang
mungkin bisa dilakukan diantaranya:
1.
Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa
dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima,
hangat danterbuka;
2.
Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga
mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa;
3.
Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat
perilaku yang salah,sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan
memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar